Menyiapkan pengalaman budaya terbaik...
Lahir tahun 1968 di Trusmi, Cirebon sentra batik ternama. Dikenal sebagai Komar, ia tumbuh di lingkungan keluarga pengrajin batik. Dari ayahnya, ia mewarisi jiwa dagang, sementara dari ibunya, jiwa seni.
Sejak kecil, Komar sudah akrab dengan dunia batik, baik dalam proses pembuatan maupun pemasaran. Meski sempat diarahkan untuk tidak meneruskan bisnis batik karena kondisi ekonomi saat itu, semangatnya terhadap batik tidak pernah padam.
Setelah lulus SMA tahun 1987, ia menempuh kursus komputer di PIKSI-ITB dan bekerja di sana sambil kuliah di D3 Administrasi Logistik UNPAD (lulus 1992). Di sela waktu, Komar juga membuat berbagai program komputer untuk perusahaan.
Tahun 1998, ia mendirikan Rumah Batik Komar, sebagai bentuk dedikasi untuk melestarikan dan mengembangkan batik Indonesia dengan sentuhan inovatif.
Setelah lulus kuliah, Komar bekerja di PT Alas Buana Raya (Jakarta) sebagai pengembang sistem komputer untuk proyek Pertamina dan Jasa Marga. Di sela waktu luang, ia tetap menjual batik keluarga ke toko-toko di Tanah Abang, sambil mulai merancang desain batiknya sendiri dan mendokumentasikan berbagai motif.
Pada 1996, saat krisis moneter melanda, Komar diberhentikan dari pekerjaannya. Ia lalu membuka showroom rotan dan kedai nasi Jamblang di Bandung bersama Ir. H. Soenoto, namun bisnis tersebut hanya bertahan dua tahun. Selama masa itu, Komar kembali mencoba menjual batik secara kecil-kecilan.
Tahun 1997 menjadi titik balik. Komar memenangkan Lomba Cipta Selendang Batik Internasional oleh Yayasan Batik Indonesia di Yogyakarta, dengan dua karyanya meraih Juara I dan Juara Harapan I. Kemenangan ini memotivasinya untuk fokus membangun brand Batik Komar secara profesional.
Dengan dukungan dari tokoh industri, seniman, dan akademisi, serta modal awal sekitar Rp 30 juta, showroom pertama Batik Komar resmi berdiri menjadi awal dari perjalanan Rumah Batik Komar sebagai penggabung tradisi dan inovasi.
Batik Komar resmi berdiri pada tahun 1998, didirikan oleh Komar bersama sang istri, Nuryanti Widya Ansor (Yeyen Komar). Usaha ini bermula secara sederhana, dibantu oleh tiga karyawan, dengan semangat untuk mengangkat batik Cirebon ke tingkat yang lebih tinggi melalui pendekatan kreatif dan profesional.
Showroom pertama Batik Komar menempati sebuah ruko milik dosen UNPAD, Dr. Dwi Kartini, di kawasan Setrasari Mall, Bandung. Selama dua tahun, lokasi ini menjadi tempat awal berkembangnya usaha. Pada tahun ketiga, Batik Komar pindah ke Kedai Tempo Doeloe di Jl. R.E. Martadinata dengan sistem bagi hasil dari penjualan. Kemudian, usaha ini semakin maju dan mampu menyewa ruko sendiri di Jl. R.E. Martadinata No. 34.
Perkembangan pesat terus berlanjut. Pada tahun 2003, Batik Komar berhasil membeli properti di Jl. Sumbawa No. 22, Bandung, yang hingga kini dijadikan showroom utama sekaligus kantor pusat operasional.
Nama “KOMAR” dipilih atas saran Prof. Dr. Dwi Kartini Yahya, ahli pemasaran dari UNPAD dan pelanggan setia produk batik Komar. Nama ini berasal dari panggilan akrab Komar sejak kecil dan telah menjadi simbol yang melekat pada kualitas, inovasi, dan nilai budaya.
Sejak tahun 2000, merek Batik Komar resmi didaftarkan di Direktorat Merek dan Hak Cipta Kementerian Hukum dan HAM RI. Hingga kini, lebih dari 150 desain motif batik telah didaftarkan hak ciptanya, sebagai bentuk perlindungan terhadap karya intelektual dan pelestarian seni batik secara sah di bawah hukum Indonesia.
Batik Komar menjalankan tiga bidang utama:
Bandung dipilih sebagai pusat desain dan distribusi karena berbagai keunggulan: reputasinya sebagai pusat mode (Paris van Java), akses yang dekat ke Jakarta, serta keberadaan banyak institusi seni dan komunitas kreatif. Sementara itu, proses pewarnaan dipusatkan di Cirebon, karena lebih cocok dari segi ketersediaan tenaga kerja dan efisiensi biaya produksi.
Melestarikan dan menumbuhkan tradisi batik tulis dan cap sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perajin batik tradisional pada khususnya dan menumbuhkan industri kerajinan batik Indonesia pada umumnya.
